Konversi Bus Diesel Menjadi EV Hasil Kolaborasi FTUI x PT Petrosea Tbk Implementasikan Kemandirian Indonesia

Musikpedia – Konversi kendaraan listrik merupakan inovasi reverse engineering yang dilakukan dengan mengganti mesin berbahan bakar minyak (BBM) kepada kendaraan dengan motor listrik.

Proses reverse engineering ini dilakukan dengan tetap menjaga keamanan dan kinerja kendaraan.

Read More

Dikutip dari kantor berita Antara, Universitas Indonesia (UI) melalui Fakultas Teknik (FT) dan PT Petrosea Tbk melakukan konversi bus diesel konvensional menjadi bus listrik atau Electric Vehicle (EV).

Tim RCAVe Fakultas Teknologi Universitas Indonesia atau FTUI berhasil mengintegrasikan sistem penggerak listrik dengan memperhatikan kekuatan konstruksi dan lokasi pusat massa kendaraan untuk menjaga optimalitas pengendalian.

“Kolaborasi FTUI dengan industri, PT Petrosea Tbk merupakan kesempatan yang baik bagi kami untuk menunjukkan komitmen dalam mendorong penurunan emisi dengan penggunaan teknologi ramah lingkungan, seperti bus listrik,” jelas Prof. Dr. Heri Hermansyah, Dekan FTUI di Depok, Jawa Barat, Senin (18/12/2023).

Bus Transjakarta melintas di Halte Dukuh Atas, Jakarta.  Sebagai ilustrasi bus listrik [Musikpedia]

Bus listrik Petrosea-UI telah mengimplementasikan perangkat EV terintegrasi dengan protokol komunikasi CAN SAE-J1939, protokol standar untuk kendaraan berat bertenaga listrik.

Tantangan utama terletak pada ketiadaan standar parameter PGN-SPN untuk protokol komunikasi ini.

Dipaparkannya bahwa di bus EV konversi FTUI berhasil memasang sistem kontrol produksi anak bangsa yang pertama di Indonesia. 

Hal ini merupakan jawaban FTUI terhadap tantangan kemandirian teknologi Indonesia serta mendukung transformasi hijau.

Dr-Ing. Mohammad Adhitya, Vehicle Development Expert FTUI mengatakan tim melakukan penyempurnaan untuk beberapa hal, seperti tata letak komponen baru, integrasi sistem penggerak listrik dengan sistem kendali bus, serta teknik menjaga agar penyaluran daya mesin (motor) listrik menjadikan pengereman dan kemampuan berbelok optimal.

“Selain itu juga, bagaimana mengonversi bus agar tetap sesuai dengan daya dukung jalan yang ada di Indonesia menjadi final ingredient dari produk akhirnya,” katanya.

Sistem kontrol pada Bus EV UI ini merupakan hasil inovasi karya Dr. Abdul Muis, ST. M.Eng., Control Expert dari Teknik Elektro FTUI.

Di Indonesia, sebagian besar bus listrik masih bergantung pada integrator dari luar negeri, yang membatasi kemampuan pengembangan mandiri. 

Hingga saat ini, belum ada perangkat integrasi universal yang dapat diterapkan pada berbagai kendaraan listrik. Perangkat integrasi yang dikenal sebagai Vehicle Control Unit (VCU) pada bus listrik atau pada kendaraan listrik secara umum, biasanya dirancang secara spesifik untuk model perangkat EV tertentu.

Namun, tim UI berhasil melakukan integrasi mandiri pada Bus Listrik Petrosea-UI, memungkinkan kustomisasi perangkat EV tanpa bergantung pada tenaga ahli asing.

Head of Electric Vehicle (EV) PT Petrosea Tbk Sahala Sigalingging, ST, MSc., menekankan komitmen Petrosea terhadap ESG dan dekarbonisasi.

“Petrosea berkomitmen penuh pada aspek Environmental, Social, and Governance (ESG). Inisiatif EV merupakan langkah nyata dalam mendukung dekarbonisasi, sejalan dengan strategi 3D (Diversifikasi, Digitalisasi, Dekarbonisasi) Petrosea.

Upaya ini merupakan bagian proses Petrosea menuju net zero emissions yang akan membutuhkan dukungan dan sinergi penuh dari seluruh pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal,” tandas Sahala Sigalingging, ST, MSc.

Direktur RCAVe UI Prof. Dr. Feri Yusivar mengatakan bahwa pengembangan kendaraan listrik nasional memiliki nilai strategis yang sangat tinggi dan vital di sisi ekonomi. 

Oleh karena itu kemandirian industri harus dibangun dengan penguasaan teknologi otomotif yang menggunakan sumber daya dan SDM lokal.

Ia juga menyampaikan bahwa proyek kolaborasi battery electric bus ini merupakan langkah ke depan yang signifikan dalam mendorong transportasi berkelanjutan di Indonesia dan memberikan kontribusi penting untuk industri otomotif nasional.

Meskipun konversi kendaraan konvensional menjadi listrik sudah dimulai sejak satu dekade terakhir, integrasi penuh perangkat EV masih menghadapi tantangan signifikan.

Sumber: www.suara.com

Related posts